Bercermin dari Kehidupan dalam Drama Korea "Home Town Cha-Cha-Cha"

 Bercermin dari Kehidupan dalam Drama Korea

 "Home Town Cha-Cha-Cha"


                                              

Sebelumnya saya sempat membaca komentar singkat beberapa kawan yang menyampaikan pendapatnya tentang drama ini di laman sosial media mereka, sebelum akhirnya memutuskan untuk menonton. Drama Korea ini merupakan remake dari film Korea "Mr. Hong" yang pernah dirilis pada tahun 2004. Drama dengan genre komedi romance ini cukup banyak menarik perhatian penonton, selain karena pemeran utamanya yang memang idola juga karena kisahnya yang menarik. 

Serial yang disutradarai oleh Yoo Je-Won dan mengambil lokasi di Pohang, Korea Selatan menampilkan keindahan alam sebuah desa pesisir fiksi bernama Gongjin. Pemeran utama drama ini adalah Kim Sun-Ho sebagai Hong Du-Sik, Shin Min-Ah sebagai Hye Jin. Drama ini disajikan dalam 16 episode dengan durasi tayang sekitar 70 menit, dan ditayangkan oleh stasiun channel TvN dan Netflix.

Drama ini berkisah tentang dua insan dengan karakter saling bertolak belakang yang menyadari bahwa mereka saling jatuh cinta. Hye Jin, seorang dokter gigi yang sangat idealis dan realistis, yang berusaha mempertahankan idealismenya sehingga sebuah kejadian mengubah hidupnya. Hye Jin akhirnya pindah ke sebuah desa pesisir "Gongjin" dan memutuskan untuk membuka sebuah klinik gigi di desa tersebut dan mengabdikan hidupnya untuk warga desa. 

Di desa tersebut, Hye Jin bertemu dengan seorang pria bernama Hong Du Sik yang sering membantunya dalam berbagai hal. Hong Du Sik adalah seorang pria yang mempunyai banyak keahlian dan dikenal oleh semua warga desa karena ia ringan tangan membantu warga menyelesaikan masalah mereka. Selain itu ia juga menyimpan rahasia masa lalunya yang tidak diketahui oleh warga desa.

Serial bermula dengan pertemuan antara Hye Jin dan Hong Du-Sik dan berkembang menjadi kejadian sehari-hari  bagaimana Hye Jin seorang perempuan kota yang mencoba bertahan hidup di desa. Karakter para tokoh juga berkembang walau terlihat begitu lambat hingga menjelang bagian akhir terbuka semua rahasia masa lalu dari para tokoh dan menghadirkan pemahaman atas alasan kejadian atau sikap sebelumnya. 

Menurut saya, drama tersebut enak ditonton karena kisahnya yang ringan dan menghibur. Selain menampilkan potret keindahan pantai dan kehidupan warga di desa pesisir tersebut, di setiap episodenya mengandung hikmah yang cukup banyak untuk disimak dari contoh kejadian sehari-hari kehidupan masyarakat desa. Digambarkan betapa warga desa yang hidup saling gotong royong, dekat dengan semua warga, saling membantu, masih memegang nilai-nilai tradisional, dan hidup bersahaja dengan bahagia.

Pada ulasan kali ini saya akan mengulas tentang beberapa hal yang paling berkesan yang saya dapatkan dari menonton serial drama ini, sehingga saya bisa bercermin dari kehidupan dalam drama Home Town Cha-Cha-Cha dan mengambil hikmah di dalamnya sebagai sebuah pelajaran berharga.

Pada episode pertama, Hye Jin yang sedang gundah karena masalah pekerjaan mencoba mencari ketenangan di desa pesisir Gongjin. Ia menghabiskan waktu di pantai dan kehilangan sebelah sepatunya karena terbawa ombak. Di saat itulah ia bertemu dengan Hong Du Sik, yang meminjamkan sendal kepadanya. Hye Jin kemudian mengalami rentetan kejadian tidak menyenangkan yang melibatkan uang cash. Sebagai perempuan kota, Hye Jin terbiasa hidup tanpa uang cash dan menggunakan pembayaran secara online atau lewat kartu ATM/credit card. Namun, saat di desa Gongjin, ia tidak bisa menggunakan pembayaran dengan kartu bahkan tidak bisa mengambil uang di ATM karena desa sedang ada kendala sinyal. Demi bisa membayar secara cash, ia terpaksa harus bekerja membersihkan cumi-cumi di pasar ikan.

Bagi saya pribadi, kejadian ini membuat saya berpikir dan mengingatkan diri sendiri juga untuk kembali menyediakan uang cash sebagai cadangan. Semenjak tinggal di USA, saya tidak lagi membawa uang cash dan melakukan pembayaran apa pun hanya lewat kartu. Padahal masih banyak juga orang sekitar yang menggunakan pembayaran secara cash. Bahkan di beberapa restoran suka ada pengumuman yang memberikan diskon harga jika kita membayar kontan dengan uang cash. Selain itu saya merasa uang cash adalah jalan terbaik saya untuk bisa memperkenalkan tentang konsep uang dan finansial kepada anak saya karena hal ini terlihat lebih realistis.

Dari perkembangan karakter Hye Jin juga terlihat bagaimana kita sebaiknya bersikap di dalam masyarakat untuk bisa survive dan menjadi bagian di dalamnya. Kemauan untuk beradaptasi, menghargai nilai lokal, dan bersikap sebagaimana warga lokal menjadi kunci sukses hidup bermasyarakat. Hye Jin menunjukkan bagaimana ia berpindah dari zona nyaman wanita perkotaan ke arah zona nyaman dan aman wanita yang hidup di desa. 

Hikmah berikutnya adalah saat Hye Jin berbincang dengan Hong Du-Sik tentang seorang nenek bernama Gam-ri, yang menjadi pasien di klinik Hye Jin. Pasien menolak melakukan perawatan yang disarankan karena menilai biaya yang mahal dan tidak ingin merepotkan anaknya yang bekerja di kota. Padahal sang nenek sebenarnya mampu secara finansial, tapi bersikeras untuk menahan sakitnya. Pada perbincangan Hye Jin memberikan pendapat bahwa sebagai orang tua kita punya tugas untuk menjaga diri, menjaga kesehatan kita agar dapat hidup panjang umur dan terus mendampingi anak-anak, bukannya menahan sakit dan sibuk mencari uang tapi tidak bisa hadir saat anak membutuhkan. 

Pernyataan tersebut sangat menohok sekali dan benar adanya. Saya sendiri menyadari banyak orangtua di sekitar saya yang hidup dengan sibuk mencari uang dan menahan rasa sakitnya, bahkan melupakan pentingnya menjaga kesehatan diri sendiri. Terlalu sibuk bekerja dengan alasan mengumpulkan uang demi anak/keluarga tetapi tidak ada waktu untuk anak/keluarga, dan saat hari tua justru harus menjadi beban bagi anak/keluarga karena sakit yang terlalu lama ditahan atau abai dengan kesehatan. 

Hal ini kembali mengingatkan diri saya bahwa menjaga kesehatan dan meluangkan waktu bersama anak adalah hal yang sangat penting. Sebagai orang tua tentu saja saya harus terus menjaga kesehatan, karena raga yang sehat akan memungkinkan saya untuk bisa beraktivitas bersama anak/keluarga. Jika saya menjaga kesehatan dengan baik dan dapat hidup panjang umur menikmati hari tua dengan tubuh bugar sehat tentunya saya juga akan tetap dapat beraktivitas secara mandiri, dapat menikmati waktu dengan anak/keluarga secara bahagia dan bukannya menjadi beban di hari tua karena sakit yang diderita.

Dalam perkembangannya, tokoh nenek Gam-ri akhirnya memutuskan melakukan perawatan gigi yang dibutuhkannya. Selanjutnya ia dapat makan apapun yang ia mau, menikmati hidup dengan bahagia dan mengakhiri hidupnya dengan bahagia pula. Nenek Gam-ri juga menjadi sebuah pelajaran berharga dengan karakter baik hati, senang membantu, mandiri, dan bijaksana. Di akhir hidupnya dia meninggal dengan tenang dan wajah yang tersenyum bahagia. Diperlihatkan juga bahwa warga desa sangat kehilangan dirinya. Saat hari penguburannya (kremasi) dihadiri oleh banyak warga dan mereka tahu bahwa ia telah berpulang dengan bahagia, dan warga melaksanakan keinginan terakhirnya dengan tidak bersedih di hari penguburannya. 

Umumnya orang yang datang ke rumah duka akan terlihat meratap dan berduka, tetapi saat nenek Gam-ri meninggal, orang yang datang justru dipersilakan makan dan berbincang dengan bahagia seolah sedang berpesta karena itulah pesan terakhirnya yang pernah nenek Gam-ri ucapkan ketika ia masih hidup.



Gambaran kehidupan nenek Gam-ri pada episode ini membuat saya kembali berpikir bahwa hidup itu singkat dan kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput. Maka sangatlah penting untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan sebaik-baiknya sikap hidup di dunia. Menjadi orang baik dan berbuat baik kepada tetangga/orang lain tentu saja akan berbuah baik, bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat kelak. Bukankah manusia mati meninggalkan budi yang dikenang oleh orang lain? 

Selain itu, saya juga merasa miris dengan kondisi saya saat ini yang harus hidup di lingkungan kota dengan individualisme yang melekat erat. Saya bertetangga, tetapi tidak ada interaksi dengan tetangga. Hanya bangunan rumah yang saling berdekatan, tetapi antar penghuninya tidak saling berinteraksi. Saya tidak ingin menghabiskan hari di lingkungan seperti ini. Bagaimana jika kelak ajal menjemput? Siapa saja yang akan hadir mengantarkan saya ke tempat peristirahatan terakhir kelak? Adakah orang sekitar yang akan kehilangan dan merindukan kehadiran saya? Semoga Allah memberikan kesempatan pada saya untuk bisa hidup di tempat yang lebih baik, bisa memberikan lebih banyak manfaat untuk orang lain dan dapat dikenang sebagai pribadi yang baik. 

Di dalam drama ini juga ada kisah tentang keluarga yang bercerai dan kemudian bersatu kembali. Digambarkan perkembangan karakter tokoh suami istri yang akhirnya berhasil menyadari kesalahan selama berumah tangga dan memutuskan rujuk. Juga diperlihatkan bagaimana sang anak yang selama ini terlihat baik-baik saja ternyata sesungguhnya memendam rasa dan harap yang sangat besar agar dapat berkumpul dengan kedua orang tuanya setiap saat, bukan hanya kumpul makan bersama di hari ulang tahun saja.  

Bagi saya, ini juga menjadi sebuah pelajaran bahwa seringkali sebagai suami istri kita terlalu take it for granted kepada pasangan kita. Tidak menyadari bahwa ada kebutuhan masing-masing sebagai individu dan ada hak kewajiban yang harus ditegakkan dengan baik. Bahkan terhadap kebutuhan anak-anak, seringkali hanya melihat dari sisi kita sebagai orang tua, bukan melihatnya dari sisi anak. Saya juga melihat pentingnya orang tua untuk memahami, membangun kedekatan, dan saling terbuka dengan anak agar hubungan yang terjalin juga lebih baik.

Sisi lain dari drama korea ini juga menyampaikan pesan tentang woman power, kekuatan wanita yang ada di sekitar kita. Mulai dari cerita tentang para manula yang masih aktif bekerja, hidup mandiri, dan bermasyarakat dengan baik, tentang para single mom yang sibuk mencari nafkah tetapi masih aktif bersosialisasi, tentang peranan wanita sebagai istri, ibu, dan pribadi di masyarakat, juga tentang keberanian wanita single untuk mengejar cinta mereka dan menyatakan perasaannya lebih dahulu tanpa rasa takut.  

Ada juga tampilan kejadian-kejadian yang ternyata saling terhubung antara para tokoh dalam drama ini yang menunjukkan bahwa selalu ada benang merah dan alasan dari setiap kejadian. Juga diperlihatkan bahwa sesuatu itu terjadi karena adanya kekuatan takdir yang telah Allah tetapkan. 

Rasanya sekian saja ulasan yang bisa saya buat sebagai cermin kehidupan yang bisa saya ambil hikmahnya. Tertarik untuk menonton? Semoga Anda juga bisa mendapatkan hikmah kehidupan dari drama Korea 'Home Town Cha-Cha-Cha". 

Sumber Gambar: Canva, Netflix, dan TvN






Post a Comment

0 Comments