False Celebration, It's Okay to Make Mistakes

 

Bunda Cekatan #3 

Pekan 5

False Celebration, It's Okay to Make Mistakes

As Long As I Learn from My Mistakes



Di pekan kelima ini, Magika menjelaskan tentang hal-hal yang perlu kami lakukan di pekan ini yaitu false celebration, devil's advocate, dan 360 degree feedback. 

False Celebration

False celebration ini sebuah selebrasi bersama antara mentor dan mentee dimana saling menyampaikan atau pengakuan kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan selama proses mentorship ini. Pada prinsipnya kita manusia pasti melakukan kesalahan, dan boleh saja melakukan kesalahan selama kita bisa belajar dari kesalahan tersebut dan berusaha untuk tidak diulangi lagi. Dari kesalahan yang ada kita bisa belajar dan mengambil langkah yang lebih baik. 

Kegiatan false celebration ini kami lakukan lewat video call bersama dengan semua mentee-ku. Sebelumnya kami sudah janjian lebih dahulu dan video call bertiga cukup seru. Satu per satu mentee menyampaikan pengakuan kesalahan yang telah mereka lakukan selama proses mentorship ini. Mba Puspa mengakui masih sulit untuk konsisten dan sering kali terpengaruh mood/semangat yang mudah berubah. Berbagai tantangan yang ada bisa membuar drop semangat dan over thinking dengan keinginan melakukan yang terbaik bisa membuat kita overwhelm yang malah membuat kita berhenti melakukan sesuatu. 

Tanggapan aku terhadap hal ini adalah memberikan motivasi dan saran agar beliau memperhatikan masalah self care dan kebutuhannya sendiri juga agar dirinya bisa lebih bahagia dan bisa melakukan hal lain untuk keluarganya dengan lebih baik. Perlunya dilakukan komunikasi dengan anggota keluarga yang lainnya juga managemen waktu yang lebih baik agar impiannya bisa jadi kenyataan.



Mba Azimah mengakui bahwa selama ini masih kurang perhatian dengan kebutuhan tubuhnya, sehingga kurang istirahat. Dia juga sudah mulai paham apa yang sebaiknya dia lakukan untuk urusan pekerjaannya seperti memberikan delegasi kepada rekan kerja dan ambil istirahat yang cukup juga makanan sehat agar tubuhnya bisa sehat kembali. Di pekan sebelumnya dia sempat drop dan mengalami gangguan kesehatan sehingga perlu konsultasi ke dokter. 




Aku sendiri mengakui bahwa masih belum bisa optimal mendampingi mereka sebagai mentor, seperti kurang dalam penjelasan karena mentee tidak bertanya. Kami semua menikmati proses false celebration ini dan berusaha untuk mengambil hikmah yang ada dari kesalahan kami dan semoga tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Kami juga bisa belajar dari kesalahan orang lain. 



Untuk false celebration antara aku dengan mentor, tidak dilakukan dengan video call karena waktunya sudah mepet jelang akhir pekan dan aku juga kurang nyaman karena wajahku masih merah karena alergi. Sebelumnya aku sempat menghubungi mentor untuk janjian false celebration, siapa tahu bisa barengan bertemu dengan mentee beliau yang lainnya. Namun, tidak juga dapat respon karena chat yang tenggelam dan baru direspon sudah hari jumat malam. 

Akhirnya kami hanya melakukan false celebration dan bincang tentang proses latihan pekan ini dengan chat saja. Aku mengakui bahwa kesalahan dalam belajar pasti ada, misalnya tidak disiplin melakukan latihan sesuai target/rencana, tetapi cepat disadari dan segera kembali on track sesuai rencana. Mba Istihanah banyak bertanya terkait dengan proses latihan mindfulness yang aku lakukan dan dari berbagai pertanyaan pemantik itu aku semakin menyadari bahwa sesungguhnya aku sudah cukup banyak mendapatkan manfaat dan meraih sesuatu dari proses latihan tersebut.

Latihan Mindfulness Pekan 5

Dari berbagai pertanyaan pemantik yang disampaikan oleh mentor, aku menyadari ternyata proses mindfulness ini telah membawa banyak perubahan pada diriku dan keluarga. Beberapa perubahan tersebut antara lain aku bisa fokus bekerja atau melakukan sesuatu dengan lebih baik. Saat fokus pada satu kegiatan saja, maka hasil pekerjaanku lebih baik dan bisa lebih cepat. Selain itu mindfulness ini juga mengurangi "monkey mind" atau kelebat pikiran dan over thinking yang sebelumnya sering hadir saat aku dalam keadaan "sunyi" tanpa suara atau menyimak sesuatu. 

Aku menyadari bahwa pekerjaan domestik yang aku lakukan juga jadi lebih cepat selesai, dan ada sebuah rasa bahagia saat telah menyelesaikannya. Sebelumnya, saat bekerja dengan multitasking, aku akan menyelesaikan pekerjaan laksana robot yang bekerja tapi tanpa perasaan. 

Sehingga saat pekerjaan selesai aku tidak merasakan sebuah kepuasan atau rasa bangga karena telah berhasil menyelesaikan sesuatu. Sebenarnya saat multitasking dengan beberapa pekerjaan, seolah semua pekerjaan tidak ada habisnya dan satu pekerjaan selesai, masih on the process mengerjakan pekerjaan lainnya sehingga rasa "it's done" itu tidak ada. 

Berbeda dengan saat fokus pada satu pekerjaan dan mindfulness dalam mengerjakannya, selama proses bekerja jadi lebih menghayati/memahami apa yang dikerjakan dan menikmati pekerjaan tersebut, juga saat selesai ada kepuasan telah mengerjakannya. Hal ini juga membawa dampak baik bagi orang lain yang berinteraksi denganku yaitu anak dan suami. Mereka juga terlihat lebih happy dan menghargai apa yang aku lakukan. 

Untuk pekan ini aku juga telah mengubah strategi terutama dalam manajemen gawai. Kalau sebelumnya menunda gawai di pagi dan malam hari berefek  pada aku suka kelupaan cek chat, kali ini diubah menjadi menunda gawai di pagi hari hanya setelah bangun tidur hingga selesai salat subuh. Setelahnya aku bisa cek gawai dan membalas chat sesuai kebutuhan. 

Sementara untuk malam hari aku usahakan cek chat sebelum tidur untuk menyelesaikan tugas dan amanah yang ada seperti menghubungi orang dan bisa mendapatkan jawabannya di pagi hari. Berhubung zona waktu Indonesia dengan Texas bagai siang dan malam, maka saat siang hari di sini sebenarnya aku bisa istirahat dari gawai karena di Indonesia sedang malam dan tidak akan banyak chat yang perlu aku balas. Saat siang hari aku bisa produktif hal lain juga cek sisa chat yang tidak urgent. 



Devil's Advocate

Sebagai seorang mentor, aku termasuk tipe yang biasa bicara blak-blakan apa adanya. Sejak awal proses mentoring ini sebenarnya aku sudah lumayan menerapkan devil's advocate, tetapi tidak terlalu keras juga karena para mentee benar-benar baru di bidang healthy food ini dan mereka sendiri masih agak bingung membuat rencana. 

Saat rencana yang mereka buat aku nilai kurang pas, aku minta mereka memperbaikinya. Baru sebatas itu saja, mungkin di lain waktu bisa menerapkan devil's advocate jika kami sudah sama-sama lebih mantap dan baik dalam bidang ini.

Sementara antara aku dengan mentor, Mba Mentor bagiku sudah membimbing dengan metode ini juga walaupun mungkin tidak secara tegas atau kesan mentor yang senang mencari kesalahan. Lebih ke arah memberikan pertanyaan-pertanyaan pemantik yang membangun kesadaran. Karena tipe beliau yang terkesan lembut dan sabar, jadi tidak terkesan "devil".

360 Degree Feedback

Untuk mendapatkan feedback sejauh ini agak sulit juga aku dapatkan. Paling hanya dari suami, yang merasa happy dengan apa yang aku lakukan sejauh ini dan dia merasa terbantu karena aku semakin pandai mengatur waktu dan membersihkan rumah, juga bisa menemani anak bermain. Dari anak belum bisa dimintai pendapat, baginya selama dia bisa bermain denganku dia merasa happy dan selama aku mau membuatkan makanan kesukaannya, dia juga happy. 

Untuk feedback dari lainnya belum sempat aku tanyakan. Mungkin lain waktu akan aku tanyakan, tetapi untuk saat ini mayoritas orang yang bisa aku tanyakan tentang diriku hanya mengenal aku secara online, sementara orang yang pernah dekat mengenalku saat di Indonesia sudah jarang berhubungan denganku kecuali saudara/sahabat dekat dan aku tahu apa pendapat mereka tentangku.





Post a Comment

0 Comments