Mindfulness isn't Easy, but Possible to Do

 

Bunda Cekatan #3 

Pekan 4

Mindfulness isn't Easy, but Possible to Do


Pekan ke empat ini aku masih melatih proses mindfulness dalam kegiatan sehari-hari. Sejak melatih mindful dan menunda gawai, ternyata ada beberapa hal yang jadi terbengkalai karena aku masih belum bisa mengatur waktu untuk mengerjakannya. Biasanya, aku selalu mendengarkan podcast atau rekaman youtube sambil memasak atau aktifitas lainnya yang hanya berupa kegiatan fisik. Sejak melakukan latihan mindful, aku benar-benar lupa dan ujungnya jadi tidak menyimak pelajaran atau materi dari kelas online yang aku ikuti. 

Kegiatan menunda gawai dan mindfulness saat makan juga membuat aktivitas aku mengecek gawai jadi berkurang dan efeknya cukup banyak chat yang belum sempat aku baca. Biasanya, kegiatan ini aku lakukan sambil makan, cek di pagi hari sebelum anak bangun dan cek sebelum tidur. Namun, dengan latihan menunda gawai di pagi hari ternyata bisa membuat aku lupa atau tidak sempat cek gawai karena sudah harus lanjut dengan kegiatan menemani anak bermain dan lainnya. 

Aku menyampaikan tantangan tentang keseharian dan gawai ini kepada mentor dan mendapatkan saran untuk kembali mengatur skala prioritas dan managemen waktu. Pada hakikatnya, kegiatan mindfulness pasti akan berkaitan dengan kedua hal tersebut. Maka aku putuskan untuk break sejenak dari latihan untuk melihat kembali aktivitas keseluruhan dan memikirkan strategi apa yang sebaiknya aku lakukan agar semuanya kembali berjalan lancar karena sesungguhnya pada tiap kegiatan ada titik kritis prioritas dan kepentingan.

Di sisi lain, aku merasakan manfaat dari kegiatan mindfulness, tetapi memang tidak mudah untuk dilakukan terlebih aku sudah terbiasa multitasking dalam banyak hal. Untuk menyemangati diri sendiri, aku hanya perlu mengingat ini: Mindfulness isn't easy but possible to do. I just have to find a better way to do it. 

Di akhir pekan ini, dalam masa break sejenak aku hanya melakukan latihan minimal dan survival mode saja yaitu mengambil napas sadar, senyum sadar, dan mindful saat memasak. Aku butuh untuk menyelesaikan mengecek gawai karena ada beberapa amanah yang harus diselesaikan segera. Masih belum tahu juga langkah apa yang sebaiknya aku lakukan untuk pekan depan agar semua latihan ini bisa kembali dilaksanakan dan tidak mengganggu rutinitas utama.




Sementara untuk progress kegiatan para mentee, mereka tidak banyak menjelaskan apa dan bagaimana yang terjadi. Mereka tidak banyak bertanya hingga aku menghubungi dan bertanya. Sejauh penjelasan yang ada mereka masih melakukan latihan sesuai rencana. 

My Mentee Progress 

Untuk mba Puspa, masih ada kendala dengan dirinya seperti ingin melakukan sesuatu tetapi kebanyakan mikir dan akhirnya malah tidak dikerjakan. Kadang masih bingung mana yang harus dilakukan lebih dahulu. Punya banyak keinginan tetapi yang dilakukan setengah-setengah dan cepat bosan. Saya hanya memberikan saran untuk kembali fokus pada tujuan, lihat lagi apa strong why dan impian yang mau diraih, pasang di tempat yang terlihat biar jadi semangat. Kami lebih ke sharing cerita apa yang sudah saya lakukan jika menghadapi kendala yang sama.




Untuk mba Azimah, ternyata sedang banyak kerja lembur dan efeknya kesehatan terganggu butuh istirahat. Saya menyemangati dan mengingatkan untuk ambil istirahat yang cukup juga perbaiki lagi makanannya, juga tambahkan makanan probiotik agar lebih seimbang mikroflora dalam tubuh dan bisa membantu kesehatannya membaik. Hal ini karena masalah yang sedang dihadapi terkait dengan keseimbangan mikroflora dalam tubuhnya. 

Cerita kami selanjutnya lebih ke bagaimana membuat mikroflora tubuh ini sehat dan apa saja yang diperlukan untuk makanan yang mengandung probiotik. Baginya, masih banyak istilah dan hal baru sehingga akhirnya dia banyak bertanya juga. 



Checking Relationships in Our Mentorship Journey.

Pekan ini kami diminta untuk mengecek bagaimana hubungan mentorship yang ada, apakah sudah berkomunikasi dengan baik, sudah jujur dan terbuka satu sama lain, apakah fokus pada program mentorship ini, dan bagaimana prioritas waktu di antara kami. 

Kebetulan di pekan ini aku sedang dalam kondisi low imun, alergi kembali menyapa yang menyebabkan wajahku merah dan bengkak, dan sekitar bibir kering sehingga agak kurang nyaman jika harus bicara dan video call. Aku hanya video call dengan mentor saja dan melakukan chat dengan kedua mentee. 

Kedua mentee setuju untuk hanya dengan chat saja karena sebenarnya mereka juga mengalami kebingungan saat harus video call langsung, karena tidak tahu apa yang harus dibicarakan atau ditanyakan. Sementara jika memakai chat mereka bisa lebih relax dan menyimak jawaban lalu bisa bertanya hal lain sesuai dengan jawaban yang aku berikan.

Sebagai mentee, aku tipe yang cukup mandiri sehingga tidak akan bertanya jika aku masih  bisa menyelesaikan tantangan yang ada, tapi jika mentor bertanya kabar aku akan menjelaskan kondisi yang ada. Aku memang tipe yang tidak ingin merepotkan orang lain selama aku masih bisa, jadi aku lebih banyak mencari sendiri. 



Begitu juga sebagai mentor, aku tidak akan banyak bicara jika tidak ditanya. Jadi dengan para mentee aku juga terkesan diam karena mereka tidak bertanya. Asumsiku, saat mereka tidak bertanya mungkin mereka sudah paham dan tahu. Ternyata mentee-ku lebih banyak diam karena mereka masih cukup bingung harus bertanya apa dan berharap aku banyak bercerita. 

Di pekan ini saja akhirnya aku yang mulai bertanya dan mereka menjawab menjelaskan kondisi yang ada. Mereka mengakui kebingungan dan kendala yang dihadapi. Masih belum bisa fokus dengan tujuan dan masih ada rasa tidak percaya dengan kemampuan diri. Ada rasa ingin berbuat yang sempurna tetapi saat ada kendala jadi tidak yakin apakah langkahnya benar atau salah. 

Mereka juga cukup sibuk dengan aktivitasnya sehingga suka lupa untuk chat sekadar bertanya. Padahal aku sudah pernah bilang untuk silakan bertanya sesuai jam online karena kami beda zona waktu jadi bisa saling kasih respon saat ada waktu/sesuai jam online saja.




Setelah checking ini kami lebih terbuka dan semoga jadi lebih paham pribadi masing-masing. Harapannya di pekan berikutnya bisa lebih jujur dan nyaman untuk bertanya dan menyampaikan apa yang diperlukan. Aku juga akan lebih sering menyapa mereka dan bertanya untuk memantik pendapat atau pertanyaan dari mereka.

Semoga proses mentorship ini akan lebih baik lagi dan kami semua bisa lebih nyaman dan terbuka untuk bertanya dan belajar dari pengalaman masing-masing.





Post a Comment

0 Comments