Pendidikan Seksualitas pada Anak Part 2


Zona 7 kelas bunda sayang

Tema: Pendidikan Seksualitas pada Anak

Hari ke-2

Hari ini melanjutkan diskusi di kelompok kecil tentang peranan ayah dalam pengasuhan/pendidikan seksualitas. Beberapa hal yang menjadi titik poin pembahasan seperti:

  1. Latar belakang atau strong why mengapa ayah harus ikut terlibat
  2. Peran apa saja yang perlu dilakukan oleh ayah
  3. Apa yang akan terjadi jika peran tersebut kosong? 
  4. Bagaimana jika terjadi LDM atau ayah meninggal?
  5. Tips dan trik agar ayah bahagia berperan dalam pengasuhan

Selanjutnya kami dibagi lagi menjadi kelompok kecil untuk membahas detail info tersebut. Kali ini saya akan menyimpulkan jawaban untuk pertanyaan pertama, yaitu strong why alasan seorang ayah harus ikut terlibat dalam pengasuhan dan pendidikan seksualitas pada anak.

Jika kita tinjau dari segi agama, banyak sekali ayat yang menjelaskan tentang hal ini seperti adanya perintah Allah kepada para lelaki/ayah untuk menjaga keluarganya dari siksaan api neraka atau menjaga keluarga dari keburukan yang mungkin terjadi di dunia dan akhirat. Allah juga banyak menjelaskan tentang kelebihan lelaki sebagai pemimpin dan banyaknya kelebihan yang diberikan khusus bagi laki-laki. Banyak juga contoh-contoh teladan ayah pendidik yang diceritakan dalam Al-Qur'an seperti kisah keluarga Lukman dan nabi Ibrahim a.s.

Ditinjau dari segi rasionalitas keluarga dan sosial masyarakat, hal ini juga menuntut adanya keseimbangan dalam masalah pendidikan/pengasuhan, karena ayah dan ibu bersama terikat dalam perkawinan yang berarti keduanya mempunyai tanggung jawab yang sama dalam pengasuhan. Prinsip pembagian kerja dalam pengasuhan dan pendidikan seksualitas juga diperlukan agar perkembangan fitrah seksual anak sesuai dengan gendernya. 

Secara usia, untuk membangun kedekatan antara ayah, ibu dan anak dalam membangun tahapan penguatan fitrah seksualitas adalah sebagai berikut:
  • Usia 0 - 2 tahun, dekatkan dengan ibunya karena masih tahap menyusui
  • Usia 3 - 6 tahun, dekatkan dengan kedua orang tuanya. Pada tahap ini anak belajar mengenali peran ayah dan ibunya juga kondep diri dan identitas gendernya.
  • Usia 7 - 10 tahun, dekatkan anak sesuai gendernya. Jika anak perempuan maka dekatkan dengan ibunya dan anak lelaki dekatkan dengan ayahnya. Hal ini berhubungan dengan dimulainya masa anak mengenali sisi seksualitas dan persiapan menuju baligh seperti datang haid dan mimpi basah. Diharapkan anak dapat terbuka dan nyaman berbicara tentang diri dan perubahan yang dia alami. Selain itu anak juga dapat belajar tentang peran-peran sosialnya dan belajar bertanggungjawab sesuai dengan peran gendernya dan melihat ayah/ibunya sebagai role model. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan dan menyadarkan potensi gendernya.
  • Usia 10 - 14 tahun, dekatkan anak dengan lintas gender untuk persiapan/pre aqil baligh. Jika anak perempuan dekatkan dengan ayahnya dan anak lelaki dekatkan dengan ibunya. Hal ini agar masing-masing dapat mengokohkan dan menguji peran seksualitasnya secara bertanggungjawab. Anak diharapkan mampu menghayati peran seksualitas lawan jenis.
  • Usia > 15 tahun, usia aqil baligh sudah tuntas. Anak kita bukan milik kita lagi. Anak diharapkan akan mampu memegang tanggung jawab penuh dengan kehidupan/keputusan tindakannya.

Strong why mengapa ayah harus terlibat dalam pendidikan seksualitas anak?

Sebagaimana penjelasan sebelumnya, bahwa ayah juga berperan penting dalam pendidikan seksualitas anak karena ayah adalah role model terdekat bagi anak. Jangan sampai ayah lalai atau tidak terlibat sehingga anak akan mencari tahu dari pihak ketiga (teman, media) dengan cara yang salah/tidak tepat.

Banyak penelitian yang telah dilakukan dan membuktikan bahwa anak perempuan yang dekat dengan ayahnya memiliki pandangan positif tentang diri dan identitas gendernya, juga punya kualitas hidup yang lebih baik. Sebaliknya, anak perempuan yang tidak mendapatkan peran ayah dalam pengasuhannya umumnya mengalami masalah tentang konsep diri dan gendernya, rentan masalah hamil dan keguguran pada usia dini, dan hubungan yang tidak harmonis dengan pasangannya. 

Demikian jurnal hari ke-2

to be continued 

Post a Comment

0 Comments