Mengikat Makna Hikmah Belajar di Kelas Persiapan KLIP (Part1)

 Mengikat Makna Hikmah Belajar di Kelas Persiapan KLIP

Part 1



Saya termasuk orang yang kadang suka kurang pede dalam menulis, walapun saat sudah mulai menulis bisa menulis cukup panjang. Namun, saya masih kesulitan untuk bisa konsisten menulis setiap hari, terlebih dengan tema-tema tertentu. Untuk itulah tahun 2022 ini saya putuskan untuk bergabung dengan Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP) supaya saya bisa melatih diri untuk terus menulis dan menghasilkan karya.

Berbekal niat dan semangat, saya coba menyelesaikan tantangan menulis minimal 10 buah tulisan setiap bulan agar bisa lolos masuk ke bulan selanjutnya. Alhamdulillah bulan Januari lalu saya bisa menyelesaikan 12 tulisan, walaupun terbantu dengan beberapa tulisan tugas kuliah jurnal Bunda Cekatan. Hal ini tentu saja bikin saya tambah semangat dan menyadari bahwa kalau saya mau berusaha, pasti bisa konsisten dan lebih baik lagi.

Salah satu keuntungan belajar di KLIP, kami mendapatkan bekal dari para senior dan orang-orang yang kompeten di bidangnya. Di tahap persiapan ini, sudah ada acara zoom kelas persiapan yang menghadirkan dua orang pembicara yaitu Ibu Septi Peni Wulandani yang membawakan materi " Pentingnya Mengenal Diri Sendiri dan Peran Keluarga dalam Berkarya", dan Teh Shanty Dewi Arifin yang membawakan materi "Mengenal Free Writing".

Supaya apa yang saya dapatkan lebih bermakna, maka kali ini saya akan menuliskan beberapa hal penting yang saya dapat dari kelas persiapan ini. 

"Pentingnya Mengenal Diri Sendiri dan Peran Keluarga dalam Berkarya"


Sumber Materi: Ibu Septi Peni Wulandani
Waktu: Rabu, 2 Februari 2022
Materi: "Pentingnya Mengenal Diri Sendiri dan Peran Keluarga dalam Berkarya"

Ibu Septi membuka materi dengan tampilan slide berisi kalimat "Perempuan Berdaya Dari Rumah Untuk Dunia". 
Bagaimana caranya? Ternyata dari penjelasan beliau, semua dimulai dengan mengenali diri sendiri lebih dahulu. Perempuan yang berdaya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Mengenal diri sendiri - Punya jati diri.
  2. Mandiri - Tidak bergantung pada orang lain kecuali hanya pada Allah.
  3. Berdaulat penuh atas keputusan yang diambilnya.
  4. Tidak pernah menyalahkan orang lain atau hal lain atas semua keputusan yang diambilnya.
Untuk menjadi perempuan berdaya, ada proses yang harus dijalani yaitu:

  1. Jati diri: Mampu memahami kemampuan diri dan potensinya. Perempuan yang paham akan dirinya akan mempunyai jati diri dan rasa percaya diri yang tinggi. Misalnya saat saya bahagia menulis tentang non fiksi dan cerita pengalaman hidup, maka saya lebih percaya diri dan dapat menuliskannya dari hati. Tulisan yang dituliskan dari hati akan mudah sampai kepada pembacanya.
  2. Change maker: Mampu membawa dan menghadapi perubahan. Perempuan yang menyadari bahwa dunia itu berubah dan akan terus berubah. Saat sudah komitmen untuk menyelesaikan sesuatu, dan ternyata ada perubahan, maka saya harus bersiap dengan strategi baru yang menyesuaikan. Tidak ada kata gagal, hanya hasil yang tidak sama dengan harapan. Kita hanya harus merubah strategi.  
  3. Berdaulat: Mampu berdaulat penuh atas dirinya. Perempuan yang berdaulat mampu membuat keputusan untuk dirinya, tidak bergantung dan tidak menuntut. Tidak lagi menyalahkan siapapun apabila kita gagal.
Bagaimana konsepnya kalau dari rumah? Begitu banyak hal yang dikerjakan di rumah tetapi kadang tidak terorganisir. Semua orang punya waktu yang sama 24 jam sehari, tetapi ada orang yang bisa menghasilkan banyak karya. Sementara ada orang yang hanya mampu menyelesaikan beberapa pekerjaan saja dan masih mengeluh tidak selesai. Lantas apa bedanya? Ternyata semua tergantung dari midset dan sudut pandang kita tentang rumah. 

3 Sudut Pandang Perempuan Tentang Rumah:


1. Rumah adalah Tempat Belajar - Rasa Ingin Tahu
Perempuan dengan Intellectual Curiosity yang tinggi, membawanya pada kreativitas dan imajinasi. Paham "learn how to learn". Karena semua orang punya waktu sama 24 jam, maka harus bisa komitmen dengan waktu yang kita buat. Selesaikan satu pekerjaan dan segera beralih ke pekerjaan berikutnya tanpa menunda. Buat kantong waktu atau kerjakan sesuatu dengan slice waktu yang ditetapkan dan komitmenlah. Proses ini akan menyebabkan hari kita panjang dan cukup untuk mengerjakan banyak hal. 

2. Rumah adalah Tempat Tumbuh - Diri Dahulu dan Sekarang
Perempuan yang menjadikan rumah tempat bertumbuh akan fokus pada perkembangan dirinya dahulu dan sekarang. Jika menulis setiap hari menjadi habit baru, maka akan tidak bisa tenang jika belum menulis. Coba atur komitmen waktu dan sesuaikan dengan strategi yang pas dengan ritme harian. 

3. Rumah Tempat Berkarya - Aktualisasi Diri
Perempuan berdaya akan sanggup berkarya menyelesaikan tantangan yang ada di sekitarnya dengan penuh martabat. Jika ingin hidup lebih lama hingga seribu tahun lagi, dan meninggalkan nilai kebaikan amal soleh, amal jariyah maka membuat buku atau tulisan bisa menjadi jalannya. 

Lantas bagaimana caranya kita bisa berproses belajar, tumbuh, dan berkarya dari rumah?

3 Belajar, Tumbuh, Berkarya dari Rumah:

1. Pemataan Potensi - High Potensi.
Perempuan itu makhluk dengan sejuta potensi, maka perlu dipetakan agar lebih terlihat potensi mana yang belum terlihat.  jangan pernah mengukung diri dengan berkata tidak berbakat. Cobalah hal-hal baru yang dapat dilakukan. Siapa tahu bisa mendapatkan kebahagiaan baru. Bahagia itu harus diciptakan, tidak bisa ditunggu karena kelamaan. 

2. Beri Ruang Ekspresi - Ekspresi
Perempuan itu creator sejati, perlu diberikan ruang ekspresi sebagai tempat bermain, dan mengeluarkan potensinya menjadi kreasi karya.

3. Selebrasi dan Apresiasi - Apresiasi
Perempuan itu senang diapresiasi, maka  harus mampu menciptakan selebrasi dan mengapresiasi setiap pencapaian aktualisasi diri.  Saat berhasil menyelesaikan tantangan, beri apresiasi diri misalnya makan ice cream atau me time. Setelah itu lanjut dengan membuat challenge/target baru. 

Dari Rumah untuk Dunia


Kadang masih suka ada pikiran bagaimana bisa saya berkontribusi untuk dunia, sementara saya benar-benar di rumah saja. Padahal semua bisa terjadi karena starting poinnya dimulai dari rumah. Untuk bisa mewujudkan berkarya dari rumah untuk dunia, ada beberapa tahapan proses yang harus dilakukan. 

3 Harta Karun dari Rumah untuk Dunia: 

1. Manajemen Waktu - Waktu Produktif
Kita semua sama mempunyai waktu 24 jam sehari, maka manajemen waktu akan sangat menentukan produktivitas perempuan. Jika ada banyak aktivitas yang harus dilakukan, perpanjang durasi waktu untuk melakukan hal-hal yang membuat kita bahagia. 

2. Tantangan di Rumah - Cintai Masalah Kita
Masalah di rumah akan selalu ada, maka bagaimana kita bisa mengubahnya menjadi sebuah tantangan. Challange yang ada di rumah bisa menjadi pemicu untuk berkarya. Jika kita bisa menyelesaikan masalah yang ada di rumah, bisa jadi solusi tersebut berguna dapat membantu orang lain yang punya masalah sama dengan kita. 

3. Aksi Menjadi Solusi - Bagian Solusi
Empati akan diubah menjadi aksi, dan aksi apabila dijalankan akan menjadi solusi, bisa menjadi bagian dari dunia. Jika kita konsisten membagikan solusi/informasi lewat tulisan maka akan dikenal sesuai topik yang dibagikan. 

Ketika nanti napas berakhir, kita ingin dikenang sebagai apa? 
Apakah yang sudah kita hasilkan? 

Coba lihat dan bandingkan fokus kita ada di mana dari 17  Sustainable Development Goals. Ketika kita menggunakan gelombang dunia ini, maka pasti sama dan artinya kita bisa kontribusi untuk dunia. Bila kita terus bergerak dan berkarya, sampai napas berhenti, ilmu kita masih mengalir. 

Sumber gambar: Septi Peni Wulandani

Closing Statement yang sangat penting dari Ibu Septi adalah:
Mendidik anak, menjemput rejeki dan berkarya itu adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan, apalagi dikorbankan, karena pernikahan itu bukan pengorbanan, pernikahan itu adalah mencari kebahagiaan.
Sesi tanya jawab dengan Ibu Septi:
Q: bagaimana caranya mengurangi over thinking tidak pede dengan hasil tulisan kita? 
A: tulis saja, kalau dibaca orang dan ada yang tidak suka atau tidak setuju itu mungkin terjadi. Kita tidak bisa membahagiakan semua orang. 

Q: Bagaimana caranya menghadapi kegagalan saat salah mengenali diri?
A: Bersyukur karena kita tahu kita salah. Jika kita salah dalam belajar, berarti kita belajar satu hal. Jika benar dalam prosesnya maka kita melangkah beberapa langkah di depannya jadi tidak ada yang rugi.

It's Okay to make mistake, as long as we learn from it. 

Menulis harus dengan hati karena meningkatkan bahagia. Bukan berarti mudah, dan kesulitan juga bukan alasan untuk kita berhenti. 

Begitu banyak nasehat penting dan bermakna yang disampaikan oleh Ibu Septi, membuat makin semangat untuk menulis dan berkarya. Semoga bisa menyelesaikan setiap tantangan yang ada dan bisa konsisten menulis setiap hari.

Post a Comment

0 Comments