Jurnal Puasa Masa Kepompong Pekan 1

 

Jurnal Bunda Cekatan #3

Tahap Kepompong

Jurnal Puasa Masa Kepompong Pekan 1




Setelah melalui masa tahap ulat yang penuh lika-liku dan begitu riuh dengan berbagai kegiatan seperti mengenali cara belajar untuk menikmati makanan, cara bersosialisasi dan menemukan teman, juga tentunya menikmati aneka makanan yang membuat ulat kenyang, kini tiba saatnya ulat penjelajah masuk ke tahap kepompong.

Sebelumnya para ulat sudah bersiap-siap untuk menghadapi masa kepompong di musim dingin. Cukup banyak yang harus disiapkan dan tentu saja kesiapan mental diutamakan agar siap dan mampu menjalani tahap kepompong seorang diri. Tidak lagi bisa berbincang dengan kawan sesama penjelajah dan tidak lagi bisa mencari makanan lain. Semuanya harus dilakukan sendiri dan melatih diri agar lebih cekatan.

Di tahap kepompong ini kami akan berlatih ilmu yang telah diperoleh sebelumnya untuk bisa melakukan tantangan 30 hari. Untuk itu kami juga perlu berpuasa dari hal-hal yang akan mengganggu atau dapat menghambat jalannya kegiatan tantangan yang sedang dilatih. 

Tantangan 30 hari yang akan saya lakukan di tahap ini adalah memberikan variasi makanan kepada anak agar anak terbiasa dengan aneka ragam makanan. Untuk itu saya perlu berpuasa dari hal-hal yang dapat menghambat tantangan. Untuk pekan ini saya memutuskan untuk puasa dari makan terlalu lama (lebih dari 30 menit). Biasanya hal ini yang membuat anak saya sulit menerima menu makanan baru, karena merasa masih kenyang atau masih ada makanan yang harus dihabiskan. Makan yang lama tentu saja bisa membuat makanan yang disajikan menjadi berubah tidak enak atau perubahan tekstur dan lainnya sehingga tidak lagi menarik untuk dihabiskan.

Untuk jangka panjang, hal ini juga tidak baik dalam membangun kebiasaan pola makan sehat. Untuk itu saya berusaha untuk membuat waktu makan lebih singkat agar kualitas makan juga terjaga. Puasa ini juga bukan hanya saya terapkan kepada anak, saya juga berusaha untuk menerapkan hal yang sama karena selama ini saya sendiri masih suka makan cukup lama karena disambi mengerjakan hal lainnya. Saya dan keluarga masih banyak kehilangan mindfulness saat makan karena multitasking dengan hal lain.

Dalam puasa kali ini secara singkat saya merasakan efek positif karena saya berhasil makan lebih mindful dan lebih cepat selesai. Begitu juga dengan anak saya, makan bisa lebih cepat terutama saat makanan tersebut dia sukai.  

Awalnya tidak mudah karena masih banyak distraksi dan jika makanan dihentikan sebelum habis karena waktunya sudah selesai, ini juga tidak baik karena menyebabkan makanan bersisa. Kami sebisa mungkin menghindari makan  bersisa kecuali memang sudah tidak  bisa dimakan, makanannya memang tidak berkualitas, atau saat makan di restoran dan tidak memungkinkan untuk dibawa pulang. 

Pada hari kedua dan selanjutnya, saya mencoba untuk memberikan timer dengan alarm, dan tentu saja memberitahukan kepada anak untuk makan lebih cepat. Awalnya masih harus diingatkan terus karena saat dia makan dia tetap melakukan aktivitas bermain atau menonton tv. Distraksi ini agak sulit untuk dihindari dengan  beberapa alasan dan saat ini fokus utama hanya makan lebih cepat.

Selama sepekan ini ternyata bisa makan lebih cepat terutama saat makanan itu disukai juga ada pengurangan porsi. Dengan porsi yang lebih sedikit, proses makan juga bisa lebih cepat. Saat masih merasa lapar bisa minta tambah. Sejauh ini puasa masa kepompong pekan 1 bisa dikatakan sukses dan berhasil mencapai target. 

Selama berpuasa dan melakukan tantangan 30 hari, saya menyadari bahwa saya masih suka terpicu emosi sehingga mudah marah, kesal, dan moody. Saat moody ini bisa menyebabkan saya kehilangan semangat dan ide untuk membuat masakan baru. Untuk itu di pekan berikutnya saya akan mencoba puasa tidak mudah baper (bawa perasaan/ moody) jika ditolak berkegiatan atau makanan yang ditawarkan ditolak oleh anak saya. 


Tantangan yang ada sejauh ini dapat saya atasi. Di masa kepompong ini sejujurnya saya merasa kesepian. Biasanya ada grup tempat menyapa dan curhat dengan kawan, sekarang hanya sendiri. Saya sempat lupa untuk menyetorkan laporan jurnal tantangan 30 hari. Baru ingat saat hari kedua dan langsung rapel laporan di hari berikutnya. 

Saya sempat membaca laporan yang dibuat oleh buddy dan kagum dengan kecepatannya mengumpulkan jurnal. Semoga saya bisa lebih baik lagi mengelola waktu. Berikut ini surat untuk my buddy.



Post a Comment

0 Comments