Jurnal Bunda Cekatan #3
Tahap Kepompong
Jurnal Puasa Masa Kepompong Pekan 2
Bismillah, setelah sebelumnya di pekan pertama sukses puasa dari makan terlalu lama sehingga akhirnya bisa makan lebih cepat dan mindfull. Di pekan kedua ini saya berusaha untuk puasa NO BAPER jika ditolak anak saat menawarkan berkegiatan atau menawarkan makanan baru.
Mengapa saya pilih kegiatan puasa no baper saat ditolak? Karena seringkali saya merasa kesal dan marah saat ditolak anak berkegiatan, apalagi saat ditolak makanan yang telah saya masak dan siapkan untuknya. Biasanya kalau ditolak berkegiatan masih bisa lebih santai karena banyak alternatif kegiatan lain yang bisa saya tawarkan. Namun, saat makanan yang sudah saya masak dan siapkan ternyata ditolak anak, rasanya itu kesal dan capek juga bisa bikin stress karena saya tidak mau memasak makanan lainnya atau lebih parah lagi jika makanan alternatif yang saya tawarkan tidak juga disukai.
Maka di puasa kali ini saya berharap bisa lebih mindfull dan tidak baper lagi jika ada penolakan dari anak.
Puasa No Baper Saat Ditolak Anak
Pada puasa no baper kali ini saya memakai penilaian sebagai berikut:
1. Kesal dan tidak melakukan alternatif
2. Menyiapkan alternatif tetapi sambil kesal
3. Tetap happy tetapi tidak ada alternatif lain
4. Tetap happy dan siap dengan amunisi/alternatif baru
Secara keseluruhan, di pekan ini saya masih merasa belum sukses menjalani puasa karena masih sering merasa kesal terutama karena saya tidak tahu apa lagi yang harus saya lakukan untuk membuat anak saya mau makan apa yang tersedia. Belum lagi keadaan kulkas atau persediaan di dapur juga terbatas karena belum sempat belanja lagi. Segala makanan yang biasanya ada sebagai makanan utama Dihya (yang disukai dan bisa diterimanya) sudah habis dan tidak bisa membuat lagi karena bahannya tidak ada.
Saya mencoba untuk introspeksi mengapa pekan puasa ini terasa berat bahkan saya sempat menangis karena tidak tahan. Saya sadar tidak bisa memaksakan makanan yang tidak disukai untuk dimakannya, karena saya pribadi tidak akan makan apa yang tidak saya sukai. Namun, sikap anak saya yang begitu kuat mempertahankan kemauannya bahkan rela lapar membuat saya tertekan.
Sepertinya rasa kesal saya dan sensitif sekali karena saya ada pada masa PMS jelang datang bulan. Ditambah lagi perasaan tertekan karena saya juga harus menghabiskan beberapa makanan yang masih tersisa yang sesungguhnya tidak terlalu saya sukai dan itu bukan masakan saya. Saya punya prinsip untuk seminimal mungkin membuang makanan, sehingga saat saya memasak dan yang lainnya tidak memakannya, maka saya sendiri yang akan berusaha memakannya.
Tantangan pekan lalu adalah saat weekend kami makan di luar dan masih ada makanan berlebih yang akhirnya dibawa pulang, sayangnya orang rumah tidak ada yang mau memakannya lagi sehingga saya sendiri yang makan. Rasa kesal juga hadir saat saya sudah masak tetapi anak saya tidak mau makan, sehingga saya lagi yang harus menghabiskan makanan tersebut.
Saya hanya puas "satisfactory" karena saya masih sering kesal dan menyiapkan alternatif yang tidak berarti karena apa yang saya tawarkan lebih ke mengulang masak makanan yang memang sudah dikenal dan biasa diterima anak. Sementara saya masih begitu prefectionist ingin memberikan jenis makanan baru agar anak saya bisa makan lebih bervariasi.
Beberapa alternatif yang disiapkan sepekan ini misalnya masak bakso, spaghetti, daging sapi, dan aneka masakan dengan cokelat yang sudah biasa dimakannya. Saat saya menyiapkan masakan yang baru dan dengan sayuran di dalamnya dia selalu menolak.
Beberapa kali dia mau mencoba mencicipi dan makan apa yang saya masak setelah diingatkan kembali tentang kesehatan tubuhnya. Namun masih jauh dari harapan saya. Mungkin saya memasang harapan yang terlalu tinggi? Beberapa kali juga sempat negosiasi dengan memberikan penawaran yang sebenarnya lebih membuat Dihya merasa menang dengan pilihannya dan mau makan.
Sebenarnya saat dia memutuskan untuk bertahan tidak makan dan lapar, saya juga akan merasakan dampaknya terutama jika malam hari. Jika tidur dalam keadaan lapar di malam hari, dia akan bangun tengah malam dan menangis lapar, yang akhirnya saya juga akan terbangun dan menyiapkan makanan yang dia sukai agar kami bisa tidur kembali dengan tenang.
Saya mencoba memikirkan apa yang sebaiknya saya lakukan terkait pola makan dan memasak di rumah. Sebenarnya saya suka masak dan bisa masak apa saja. Akan berbahagia jika orang rumah mau ikut makan apa yang saya masak. Namun, perbedaan selera di antara kami juga membuat keadaan lebih menantang. Untuk kebutuhan suami, saya akan masak sesuai dengan permintaannya dan biasanya jelang sebelum makan dia akan bilang mau makan apa. Jadi macam di restoran saja makanan tersedia sesuai pesanan customer.
Akhirnya saya mencoba untuk komunikasi dengan suami agar dia bersedia menyesuaikan dan makan apa yang tersedia dengan catatan saya hanya masak sesuai dengan yang biasa dia makan. Jadi sejak kemarin saya masak hanya satu jenis makanan saja dimana semua orang seharusnya bisa makan. Jika ada yang kurang dan tidak sesuai bisa menyesuaikan sendiri dengan melengkapi dari stok/bahan yang sudah ada.
Karena suami saya menjalani diet keto, maka saya tidak akan mencampurkan aneka bahan karbohidrat ke dalam masakan yang jadi menu utama keluarga. Misalnya saya masak menu daging dan sayuran tanpa mencampur karbohidrat dan masak karbohidrat terpisah yang bisa dinikmati saya dan anak. Terlebih lagi di bulan Ramadan ini, saya ingin masak yang lebih sederhana sehingga tidak membuang waktu dan energi di dapur.
Saya juga menyiapkan diri untuk melepaskan ekspektasi dan lakukan saya apa yang saya sukai agar lebih ringan di hati. Jika masih ada makanan berlebih dari hari sebelumnya (baik yang ditolak atau diterima anak), saya akan coba untuk tawarkan kembali jadi bukan hanya saya yang harus menghabiskan makanan leftover yang ada.
Untuk puasa pekan depan, saya akan mengulang lagi puasa no baper saat ditolak. Semoga bisa lebih sukses dengan upaya yang sudah saya usahakan dan rencakan tersebut. Semoga bisa lebih happy menjalani puasa ini. aamin.
Untuk my-buddy Mba Bintang, ini surat untukmu ya..semoga hari puasa yang mba jalani sukses dan bisa lebih bahagia. Aku kangen ngobrol nih...
0 Comments
Thank you for your visit