Jurnal Bunda Cekatan #3
Tahap Kepompong
Jurnal Puasa Masa Kepompong Pekan 4
Alhamdulillah, sampai juga di pekan ke 4. Masa yang krusial dan semakin menantang karena merasa sudah memenuhi tahap yang wajib dan di pekan ke empat ini sempat terlintas untuk skip puasa dan tidak perlu setor jurnal. Namun, rasanya sayang juga kalau tidak dilanjutkan karena masih melakukan kegiatan tantangan 30 hari.
Sayangnya, aku sempat lupa bahwa tantangan 30 hari harus disetorkan sesuai dengan harinya, tidak seperti jurnal yang bisa dikumpulkan sampai tanggal 26, tantangan 30 hari hanya sampai tanggal 23 saja. Alhasil, aku tidak sempat merapel laporan tantangan 30 hingga penuh 30 hari. Hanya sempat disetorkan sampai hari ke 27. Padahal sudah buat laporan di canva lengkap ditulis sampai day 30.
Well, tidak apa-apa, toh yang terpenting aku berhasil melakukan tantangan 30 hari dan melengkapi puasaku. Yang terpenting lagi aku jadi lebih paham bagaimana caranya menghadapi anakku yang masih belajar makan. Sepanjang masa kempompong ini semua latihan puasa dan latihan tantangan 30 hari telah membuahkan hasil yang cukup signifikan dan banyak perubahan yang terjadi dalam pola makan di keluarga.
Di pekan ke 4 ini aku puasa dari rasa mudah menyerah/malas negosiasi dengan anak. Kalau sebelumnya puasa baper karena baper sering membuat aku kesal dan berujung malas memasak atau menyiapkan makanan untuk anakku. Sebelumnya hanya menyajikan makanan apapun yang dia sukai dan tidak menawarkan makanan lainnya yang memang aku tahu tidak dia sukai hanya karena aku takut ditolak dan tidak mau beban menghabiskan makanan yang ditolak tersebut.
Sejak berlatih puasa dan aku bisa menawarkan lebih banyak makanan kepadanya, aku menyadari bahwa anakku akan menolak tawaran tersebut dan aku akan langsung patah semangat malas menanggapinya sehingga dia pilih apa yang dia suka saja. Dengan puasa ini, aku berusaha untuk menawarkan hal lainnya dan negosiasi dengan tujuan setidaknya ada makanan lain yang bisa/mau dia makan.
Selama puasa ini aku berusaha negosiasi dan anakku dengan pandainya mengatur kata penolakan dan berusaha mempertahankan pendapat/keinginannya. Kadang berhasil duet menggabungkan kedua keinginan kami sehingga bisa mencapai win win solutions, ada kalanya aku harus cukup puas dengan menawarkan saja dan keputusan tetap ditangan anakku. Bagaimanapun aku tidak mau proses makan yang dipaksakan.
Aku bisa lebih leluasa dan happy memasak dan menghadirkan aneka makanan untuk keluarga karena sekarang mereka sudah lebih mengerti dan mau makan apa yang aku sajikan, juga mulai mengurangi makanan dari luar yang umumnya tidak sesuai dengan seleraku. Aku juga belajar untuk memasak dengan porsi yang lebih sesuai dan lebih paham bagaimana caranya membuat bahan pangan lebih tahan lama juga tidak perlu mubazir hingga membuang makanan.
Puasa di masa kepompong ini juga membuat aku mulai terbiasa menawarkan pilihan/alternatif kepada anakku, alih-alih hanya menyetujui atau menolak keras pilihannya. Bisa berkomunikasi lebih baik menyampaikan keinginanku tanpa harus melukai perasaannya dengan keinginannya. Rasanya hubungan kami juga lebih baik dan anakku juga lebih paham mana yang boleh dan tidak untuk dimakan, atau kapan waktu yang tepat untuk dia bisa makan sesuatu seperti ice cream/dessert lainnya.
Perkembangan yang terjadi selama masa puasa dan tantangan 30 hari tentang pola makan anakku yang masih belajar mengenal makanan adalah:
Sebelumnya: hanya mau makan makanan yang dia suka saja dan umumnya dengan rasa sederhana. Dalam satu wadah hanya ada satu jenis makanan. Makan dengan aktif bergerak dan bermain sehingga makannya lama. Jenis makanan yang disukai sangat terbatas dan mayoritas jenis makanan manis seperti cake.
Sekarang: sudah bisa menerima makanan dengan menu keluarga misalnya saat mama masak daging sapi panggang dengan bumbu yang lebih kompleks, dia mau menerima dan memakannya. Bisa makan dengan tertib dan lebih cepat walaupun kadang masih sambil bermain, tetapi bisa selesai lebih cepat. Jenis makanan yang disukai dan bisa diterima lebih bervariasi dan yang sebelumnya tidak pernah dia makan, sekarang bisa memakannya. Dalam satu wadah piring bisa ada 3-4 jenis makanan asalkan tidak dicampur/saling menyentuh. Misalnya dalam piring ada nasi, telur, sayur dan rendang.
Jadi, sekarang mama sudah bisa memberikan makanan secara normal seperti menu makan keluarga. Namun, masih tetap harus memperhatikan apa yang dia sukai atau tidak. Dalam satu piring yang disajikan setidaknya ada 2 jenis makanan yang "aman" dan bisa dia makan. Sementara 2 jenis lainnya adalah menu yang mama masak untuk keluarga dan belum disukainya. Mama tahu bahwa dia akan menolak dan tidak akan memakannya, tetapi dengan disajikan untuknya, dia akan tahu dan berharap akan terbiasa dan tertarik untuk mencobanya hingga akhirnya bisa menyukainya.
Alhamdulillah, semua proses belajar ini membawa hasil yang baik. Semoga aku bisa tetap sabar, telaten, dan bahagia mendampingi putraku belajar makan lebih baik.
Untuk my buddy mba Bintang, senang rasanya belajar bersamamu. Ini suratku untukmu:
Sampai jumpa di tahap selanjutnya :-)
0 Comments
Thank you for your visit