Bunda Cekatan #3
Pekan 1
Mentorship di Tahap Kupu-Kupu
Setelah melalui tahap kepompong dan melatih diri puasa dari hal-hal yang tidak baik, juga melatih ilmu yang sudah didapatkan selama dalam tahap kepompong, Alhamdulillah akhirnya dinyatakan lulus dan bisa melanjutkan ke tahap kupu-kupu. Namun, sebelum lanjut kami dapat libur sejenak dalam rangka libur di akhir puasa dan libur lebaran.
Membuat CV Sebagai Proses Personal Branding
Setelah menanti penuh harap, akhirnya gerbang hutan kupu-kupu dibuka dan disampaikan tentang proses mentorship. Pada pekan pertama, kami mendapatkan materi tentang personal branding. Kemudian kami diminta untuk membuat personal branding diri kami dalam sebuah CV (Curriculum Vitae) yang berisi tentang hal-hal apa saja yang telah kita kuasai dan lakukan. Intinya diminta untuk pasang CV dan sampaikan kelebihan dan kekuatan yang dimiliki agar orang lain tahu. Kita membuat branding sesuai dengan seperti apa diri ini ingin dikenal orang.
Awalnya agak bingung juga bagaimana caranya menuliskan kemampuan yang aku punya dalam bentuk CV. Sempat insecure dan ragu apa yang akan disampaikan dalam CV karena melihat CV kupu-kupu lainnya begitu hebat dan penuh dengan talenta bahkan banyak yang telah tersertifikasi secara Nasional. Banyak juga yang menuliskan secara spesifik kemampuan yang mereka miliki. Setelah menimbang beberapa hal, akhirnya aku putuskan membuat CV berisi kemampuanku di bidang sewing yaitu tentang membuat quilting dengan mengolah kain atau perca menjadi seni quilt yang bermanfaat. Setelah membuat CV, maka di-upload di album CV sesuai dengan judul album sewing and crafting.
Pada tahap kupu-kupu ini, kami akan melakukan tahapan mentorship. Jadi kami diharapkan akan mencari mentor yang bidangnya sesuai dengan peta belajar yang kami punya. Kami akan menjadi seorang mentee dan mentor sekaligus. Kami akan menjadi mentor sesuai bidang yang kami kuasai, dan kami akan menjadi mentee sesuai dengan bidang yang ingin kami kuasai. Sungguh sebuah proses belajar yang sangat tepat, dimana kami akan dilatih untuk berproses sebagai mentee dan mentor juga pada saat yang bersamaan.
Proses Mencari Mentor dan Mentee
Setelah selesai membuat CV dan upload di album hutan cekatan, maka kami mendaftarkan diri sebagai mentor. Proses mencari mentor dan mentee ini ternyata cukup membuat hati gelisah karena ada aturan tertentu yang harus diterapkan. Setiap orang wajib menjadi mentor dan mentee. Setiap orang hanya boleh mempunyai satu mentor dan diperbolehkan mempunyai mentee maksimal dua orang.
Berhubung saat mendaftarkan diri mencari mentor lewat Gform yang telah diatur agar calon mentor yang telah mempunyai dua orang calon mentee akan hilang namanya dari form, maka kami sebaiknya mempersiapkan beberapa nama agar jikalau nama mentor yang diinginkan sudah tidak ada, kami bisa mencari nama lainnya dengan segera.
Setelah melihat beberapa CV dan mencatat nama dan nomor regu sang calon mentor, aku pun bersiap untuk mengisi form dan mencari mentor sesuai kebutuhanku. Lumayan repot juga melihat satu per satu nama dan keahlian mereka dalam setiap CV, terlebih ada beberapa mentor yang karena telah spesifik meletakkan CV di album lain-lain yang isinya sangat banyak.
Setelah mencatat nama dan nomor regu, aku bergegas mengisi form. Namun, sepertinya aku kurang cepat karena mentor yang aku incar di bidang membuat menu masakan anak GTM sudah tidak ada namanya di form. Setelah melihat kembali CV yang lain, aku menemukan nama mentor yang spesifik menyebutkan kemampuannya mengatasi anak yang susah makan. Kebetulan beliau masih available.
Tahap selanjutnya adalah menghubungi mentor dan memperkenalkan diri. Kami diminta untuk membuat portofolio yang berisi peta belajar, apa yang telah dipelajari dan dilatih selama masa ulat dan kepompong, juga tentang goal yang ingin dicapai di masa mentorship ini. Setelah melihat data mentor, aku pun mendapatkan link messanger yang langsung terhubung dengan calon mentorku. Mengapa baru calon? Karena ada kemungkinan mentor menolak calon mentee jika dianggap tidak sesuai dengan kemampuannya.
Setelah memperkenalkan diri dan menyerahkan portofolio kepada calon mentor, aku menunggu dengan gelisah karena tidak langsung mendapatkan respon. Keesokan harinya, aku senang karena sudah ada respon dari calon mentor. Setelah saling berkenalan, beliau bertanya banyak hal tentang peta belajarku dan apa saja yang sudah aku lakukan. Berhubung peta belajarku tentang membuat anak yang masih susah makan (picky eater) agar mau makan aneka rupa makanan, maka calon mentor juga banyak bertanya tentang anakku. Berapa usia anak, jenis kelamin anak, masa menyusui dan MPASI dahulu, tantangan apa yang selama ini aku hadapi dengan anak, bagaimana reaksi anak menerima makanan, dan hal lainnya yang lebih ke latar belakang dan proses awal anak mengenal makanan.
Aku berusaha menjawab semua pertanyaan tersebut dengan detail dan terbuka, tidak ada yang aku sembunyikan dengan harapan calon mentor paham kondisi yang ada dan dia bisa membantuku mengatasi tantangan yang aku punya dan bisa menyesuaikan dengan peta belajarku. Ternyata, setelah beberapa lama jeda waktu digunakan calon mentor untuk berpikir, beliau menyatakan sedikit keraguan dan keberatannya untuk menjadi mentorku. Menurutnya proses yang aku hadapi cukup kompleks dan pengalaman yang dia punya terbatas untuk anak yang usianya lebih muda dan latar belakang anak juga berbeda penyebab/faktornya.
Akhirnya aku juga tidak ingin memberatkan dan memaksakan calon mentor, kami pun setuju untuk memutuskan tidak akan melanjutkan dan saling memberikan semangat semoga mendapatkan mentor dan mentee lainnya yang lebih tepat.
Galau, dong, belum punya mentor dan bolak balik melihat kembali daftar CV yang tersedia di album parenting, memasak, managemen emosi dan lain-lain. Keterbatasan waktu dan galau mencari akhirnya aku fokus pada mencari mentee. Sayangnya saat awal aku juga belum mendapat mentee. Sepertinya beberapa teman yang share CV bidang sewing and crafting juga belum dapat mentee. Aku juga sempat mendapatkan respon dari beberapa kupu-kupu yang kecewa tidak menemukan CV aku di bagian memasak padahal mereka berharap belajar dari aku untuk kegiatan memasak.
Setelah bertanya pada Karegu apakah boleh membuat dua CV berbeda bidang dan dijawab boleh, maka aku pun segera membuat CV tentang memasak dan mendapatkan tanggapan positif. Tidak lama, aku pun mendapatkan pesan masuk yang berkenalan dan izin untuk menjadi mentee. Alhamdulillah, akhirnya aku dapat mentee di bidang memasak, sementara di bagian sewing masih belum ada yang mendaftar.
Masih galau karena belum punya mentor, dan ini juga dialami oleh beberapa teman di regu 22. Akhirnya ada inisiatif membuat daftar nama dan keahlian yang bisa dilakukan selain hal yang tercantum dalam CV yang telah di-upload. Beberapa nama keluar dengan skills yang mereka punya. Aku pun akhirnya memberanikan diri menghubungi teman satu regu agar bersedia menjadi mentorku. Kali ini aku mencoba mengambil tema mindfulness yang masih relate dengan peta belajar.
Alhamdulillah beliau bersedia menjadi mentor dan kami pun langsung saling bertukar info. Aku share portofolio dan tantangan yang masih aku punya. Kupu-kupu Istihanah, nama mentor baruku dan beliau dengan bijaknya menyampaikan pengetahuan yang dia punya tentang dasar-dasar mindfulness dan aku juga merasa nyaman dan bertanya tentang apa saja yang aku butuhkan.
Alhamdulillah, aku sekarang bisa tenang dan senang karena sudah punya mentor dan mentee, dan kejutan, karena pagi ini saat check chat wa ada sebuah nomor baru yang ternyata calon mentee kedua yang ingin belajar tentang pangan sehat. Jadi, aku punya dua orang mentee di bidang pangan sehat yaitu mba Puspa dari Depok, dan mba Azimah dari Jakarta.
Semoga proses mentorship ini berkah dan ilmu yang diberikan/dibagikan akan menjadi amal jariyah bagi kami semua dan semua bisa berproses untuk lebih baik agar menjelma menjadi kupu-kupu kuat dan cantik yang dapat menjalankan fitrahnya di bumi ini. aamiin
#institutibuprofesional
#hutankupucekatan
#tahapkupukupu
#mentormenteebertemu
0 Comments
Thank you for your visit